Ratusan Atlet Berlaga di Open Tournament dan Festival Karate Laskar Pelangi 2025 di Beltim
Belitung Timur – Kabupaten Belitung Timur kembali menjadi pusat perhatian dunia olahraga karate di Bangka Belitung. Open Tournament dan Festival Karate Laskar Pelangi 2025, yang digelar pada 14–16 Februari 2025 di GOR Komplek Olahraga Terpadu Damar, sukses menarik partisipasi ratusan atlet dari berbagai perguruan karate se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ajang tahunan yang diinisiasi oleh Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) Beltim ini menjadi salah satu turnamen terbesar dan paling dinanti para atlet muda di daerah.
Sebanyak 347 atlet tercatat mengikuti kompetisi ini, dengan rincian 113 peserta berlaga di kategori Festival dan 234 atlet lainnya mengikuti kategori Open Tournament. Para atlet datang dari enam perguruan karate besar yang ada di provinsi ini dan tergabung dalam 14 kontingen dari berbagai kabupaten dan kota.
Pembukaan Meriah, Semangat Menggelora
Turnamen ini dibuka secara resmi oleh Ketua Umum KONI Belitung Timur, Hendro, pada Jumat pagi (14/2). Upacara pembukaan berlangsung meriah, ditandai dengan pemukulan gong sebagai simbol dimulainya pertandingan. Dalam sambutannya, Hendro mengungkapkan rasa bangga atas antusiasme para peserta dan keberhasilan panitia dalam menyelenggarakan event berskala provinsi ini secara mandiri.
“Kegiatan ini sepenuhnya diinisiasi oleh panitia tanpa dana dari KONI maupun Pemkab Beltim. Ini bukti bahwa semangat gotong royong dan komitmen terhadap pembinaan atlet lokal masih sangat kuat di daerah kita,” ujar Hendro disambut tepuk tangan hadirin.
Hendro juga menyampaikan bahwa turnamen ini bukan hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana pembinaan dan persiapan menuju kejuaraan yang lebih tinggi, seperti Kejurda Pelajar yang akan digelar pada Juni 2025 dan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bangka Belitung pada 2026.
Persaingan Ketat di Berbagai Kategori
Pertandingan berlangsung selama tiga hari penuh dengan intensitas tinggi. Para atlet berlaga dalam berbagai kategori usia, mulai dari pra-usia dini, usia dini, pemula, kadet, junior, hingga senior. Sistem pertandingan dibagi dua: Open Tournament untuk atlet yang sudah memiliki pengalaman bertanding, dan Festival untuk peserta pemula dengan fokus pada pengenalan kompetisi.
Ketua panitia, Yoesrizal, menjelaskan bahwa sebanyak 128 trofi diperebutkan dalam kompetisi ini. Ia mengatakan bahwa pembagian kategori dilakukan sedemikian rupa agar semua atlet dari berbagai jenjang usia memiliki kesempatan unjuk gigi dan memperoleh pengalaman bertanding yang berharga.
"Turnamen ini bukan hanya soal menang atau kalah. Ini juga soal pembentukan karakter, disiplin, dan sportivitas sejak dini. Kami ingin para atlet membawa semangat itu ke mana pun mereka bertanding nantinya," kata Yoesrizal.
Antusiasme Kontingen dan Dukungan Keluarga
Selain dari kalangan atlet dan pelatih, event ini juga mendapat dukungan luar biasa dari para orang tua dan keluarga atlet yang hadir langsung di arena pertandingan. Suasana GOR Damar pun terasa hidup dan semarak, dengan sorak sorai pendukung yang tak henti memberi semangat.
Farida, salah satu orang tua atlet asal Tanjungpandan, mengaku bangga anaknya bisa ikut dalam turnamen sebesar ini. “Kami datang satu keluarga ke sini. Kami ingin dukung langsung dan lihat sendiri perkembangan anak kami. Ini pengalaman berharga buat dia,” ucapnya.
Bagi para pelatih, turnamen ini menjadi momentum penting untuk mengevaluasi hasil latihan para murid mereka selama beberapa bulan terakhir. Menurut Sugiarto, pelatih dari salah satu perguruan di Pangkalpinang, pertandingan seperti ini menjadi tolok ukur sejauh mana teknik dan mental bertanding para atlet berkembang.
“Kami senang ada event seperti ini. Apalagi atmosfirnya sangat kompetitif tapi tetap menjunjung nilai-nilai sportivitas,” katanya.
Sportivitas dan Disiplin Jadi Fokus
Dalam sambutannya, Hendro juga menekankan bahwa selain prestasi, sportivitas dan disiplin adalah nilai utama yang harus dijunjung tinggi dalam setiap pertandingan. Ia mengingatkan para peserta agar menjadikan kompetisi ini sebagai ajang pembelajaran dan pembentukan karakter, bukan sekadar mengejar kemenangan.
“Juara itu penting, tapi lebih penting lagi adalah proses yang membentuk mereka menjadi atlet sejati. Kita ingin karateka dari Beltim dikenal karena integritas dan keuletannya,” ujar Hendro.
Sikap sportivitas pun terlihat dari sejumlah pertandingan yang berlangsung sengit namun tetap dalam koridor fair play. Wasit dan juri yang bertugas pun mendapat apresiasi karena mampu menjaga ketertiban dan kelancaran pertandingan.
Harapan Melahirkan Atlet Berprestasi
Turnamen ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan bagi para atlet karate di Bangka Belitung untuk menembus kompetisi di tingkat nasional, bahkan internasional. Menurut Yoesrizal, sudah saatnya atlet-atlet daerah mendapat ruang lebih luas untuk berkembang.
“Kami ingin event ini jadi awal dari kemunculan nama-nama baru yang suatu saat bisa membela Indonesia di ajang internasional. Kita punya banyak potensi, tinggal bagaimana pembinaannya dilakukan secara konsisten,” paparnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa FORKI Beltim akan terus berupaya menyelenggarakan turnamen serupa setiap tahunnya, bahkan dengan skala lebih besar jika memungkinkan.
“Kami ingin ke depan, turnamen ini bisa berskala regional, bahkan nasional. Dengan kerja sama semua pihak, saya yakin itu bukan hal yang mustahil,” tambahnya optimis.
Penutup dan Evaluasi
Di hari ketiga, acara ditutup dengan seremoni penyerahan trofi kepada para juara. Kontingen dari Pangkalpinang dan Tanjungpandan mendominasi perolehan medali, namun beberapa kejutan juga datang dari atlet-atlet muda pendatang baru yang mencuri perhatian juri dengan teknik dan keberanian mereka di atas matras.
Panitia berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan tahun ini, demi menyempurnakan turnamen berikutnya. Meski diselenggarakan secara mandiri, kegiatan ini mendapat banyak pujian dari peserta dan pengunjung, baik dari segi teknis pertandingan maupun fasilitas.
Dengan berakhirnya Open Tournament dan Festival Karate Laskar Pelangi 2025, semangat dan harapan baru pun menyala di hati para atlet muda Bangka Belitung. Ajang ini bukan hanya tentang siapa yang tercepat atau terkuat, tapi tentang siapa yang mampu bertahan, belajar, dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik melalui jalan karate.
Dan di tengah semangat itu, Belitung Timur kembali mencatatkan namanya sebagai salah satu daerah dengan kontribusi nyata dalam memajukan olahraga karate di tanah air.
0 Comments